BEBERAPA METODE
MENGAJAR DALAM PENGAJARAN
MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR
MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR
Oleh : Didi Permana
A. PENDAHULUAN
a.
Tujuan pengajaran
Salah satu usaha pembaharuan
pengajaran matematika di Sekolah Dasar telah dilakukan oleh pemerintah dalam bentuk pembaharuan kurikulum,. Mulai tahun 1994/1995 ditetapkan kurikulum 1994
yang telah memiliki landasan yang kokoh yaitu Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional.
Jika dikaji lebih dalam, maka setiap
kurikulum itu memiliki empat komonen dasar (Aleks Maryunis, 1994;1) yaitu :b. Materi pengajaran yang harus diberikan untuk mencapai tujuan
c. Metode pengajaran yang harus dilaksanakan dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditentukan
d. Evaluasi untuk menentukan sejauhmana tujuan pengajaran dapat dicapai.
Di dalam kurikulum 1994 dikatakan
bahwa tujuan umum pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar memberi
tekanan pada “penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta juga memberi
tekanan pada keterampilan dalam penerapan matematika. Dalam mencapai tujuan
tersebut, materi pengajaran matematika untuk Sekolah Dasar (SD) sesuai dengan
yang tercantum dalam kurikulum 1994 mencakup “aritmatika, pengantar aljabar,
geometri, pengukuran, dan kajian data (pengantar statistika). Penekanan
diberikan pada penguasaan bilangan (number
sense) termasuk bilangan.
Penerapan kurikulum disetiap sekolah
sangat ditentukan oleh berbagai faktor, salah satu faktor yang utama adalah
peranan guru. Guru-guru yang diperlukan dalam pengajaran matematika di Sekolah
Dasar menurut Aleks Maryunis (1994;1) yaitu guru-guru yang ;
a.
Memahami tujuan pengajaran matematika,b. Menguasai materi pengajaran matematika,
c. Menguasai beberapa metode mengajar matematika,
d. Memiliki keterampilan mengevaluasi hasil belajar matemtika.
Salah satu penguasaan yang harus dikuasai oleh guru yaitu metode mengajar, yaitu sebagai salah satu syarat agar kegiatan belajar mengajar itu berjalan mencapai kepada tujuan yang telah ditentukan. Namun perlu diingat bahwa suatu metode mengajar sangat efektif dilaksanakan guru tertentu belum tentu efektif jika dilaksanakan oleh guru yang lain, Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan pengetahuan dan pengalaman diantara para guru.
Yang menjadi maslahnya sekarang adalah: Metode mengajar manakah yang
harus kita terapkan agar proses belajar mengajar matematika dapat mencapai
tujuan ? Dalama makalah ini akan dikemukakan beberapa metode mengajar untuk
pengajaran matematikan di Sekolah Dasar
B. BEBERAPA METODE MENGAJAR MATEMATIKA
Cokcroft mengemukakan beberapa metode mengajar yang dikutip oleh Aleks Maryunis (1994;3) yaitu sebagai berikut :
a. Eksposisi
(uraian rinci) oleh guru,Cokcroft mengemukakan beberapa metode mengajar yang dikutip oleh Aleks Maryunis (1994;3) yaitu sebagai berikut :
b. Diskusi antara guru dengan siswa dan antara sesame teman,
c. Kerja praktis,
d. Konsolidasi keterampilan dasar,
e. Pemecahan masalah,
f. Kegiatan penyelidikan.
a. Eksposisi (uraian rinci) oleh guru
Tatap-tahap ekspositori (uraian rinci oleh guru terdiri dari tiga tahap yaitu :
1. Pengantar (introduksi)
Pada bagian ini guru dapat
mengulang pengetahuan awal atau pengetahuan prasyarat apa yang diperlukan untuk
memahami pokok bahasan yang akan diajarkan
Misalkan perkalian 345 dengan
456 dengan tersusun pendek : 345
456 X
2070
1725
1350 +
157320
Pengetahuan awal
(prasyarat) yang diperlukan terutama adalah :
a. Tabel
perkalian, misalkan 6 X 5 = 30 (anak harus cepat dapat menentukan perkalian
ini, sebaiknya anak hafal perkalian).b. Arti menyimpan
c. Nilai tempat
d. Pengerjaan hitung penjumlahan
e. Arti cara bersusun pendek.
2. Penyajian materi
Pada penyajian materi harus
dijelaskan definisi atau batasan arti (pada kelas rendah dengan batsan agak
longgar), notasi, berbagai contoh atau bukan contoh, serta beberapa sifat atau
aturan yang berlaku dalam membahas konsep yang diajarkan.
3. Tanya jawab
singkat
Dalam tanya jawab singkat,
guru dalam menanyakan kesiapan siswa tentang pengetahuan prasyarat atau
pemahaman tentang konsep yang baru diajarkan. Apapun jawaban siswa jangan
diabaikan. Penjajagan terhadap jawaban yang salah dapat mengarah pada diskusi
yang amat berguna untuk meningkatkan persepsi pemahaman siswa terhadap materi.
Misalkan : Berapakah ½ + 1/3 ?Seorang siswa menjawab ½ + 1/3 = 2/5 (1)
Siswa lain menjawab 1/2 + 1/3 = 3/6 + 2/6 = 5/6 (2)
Jawaban yang diberikan oleh siswa (1)
pengerjaannya disesuaikan dengan bilangan bulat. Jawaban yang diberikan oleh
siswa (2) sudah benar, hal ini karena ada aturan yang berlaku dalam penjumlahan
pecahan harus disamakan penyebutnya terlebih dahulu. Dengan demikian siswa
harus mengetahui perbedaan aturan dalam pengerjaan matematika sesuai dengan
pembentukan tata nalar.
b. Diskusi
antara guru dengan siswa dan antara sesame teman
Dalam diskusi
ini dikembangkan ketelitian dan kepekaan dalam penggunaan bahasa, sehingga
jelas apa yang dikatakan dan apa yang dimaksudkan. Melalui diskusi ini juga
dikembangkan pengertian tentang hubungan antara topic-topik atau konsep-konsep
matematika yang disesuaikan dengan tehap perkembangan anak.
Semua siswa,
termasuk anak yang pintar, dapat mengambil manfaat dengan diskusi ini, dan
aktifitas diskusi akan sangat membantu dalam perkembangan aktifitas belajar,
baik secara mental maupun sosial. Dengan diskusi dapat merangsang kreatifitas
siswa, membiasakan siswa untuk bertukar pikiran dengan teman atau pihak lain.
c. Kerja praktis
Kerja praktis
merupakan sarana yang efektif dalam mengembangkan konsep-konsep matematika dan
memahami ide-ide matematika melalui tahap-tahap pengalaman konkret, semi
konkret, dan abstrak.
Ada beberapa
bentuk kerja praktis yang dapat dilakukan siswa antara lain adalah sebagai
berikut :a. Pengukuran,
b. Mengenal bentuk dan ruang,
c. Belajar di luar kelas
Semua siswa
harus memperoleh kesempatan untuk melatih keterampilan yang baru dipelajarinya
dan mengkonsolidasikannya dengan keterampilan yang diperoleh sebelumnya.
Konsolidasi ini sangat diperlukan dalam tahap pemecahan masalah dan kegiatan
penyelidikan.
e. Pemecahan masalah
Kemampuan
pemecahan masalah merupakan kemampuan
menerapkan matematika pada berbagai situasi sehari-hari yang dialami
siswa, maupun pada situasi lain yang masih baru bagi siswa.
Pemecahan
masalah secara matematis baru dimulai setelah masalah tersebut dapat
diterjemahkan kedalam bentuk model matematika. Guru harus selalu siap membantu
siswa untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka peroleh
untuk memecahkan masalah. Aleks Maryunis (1994;5) mengemukakan bahwa dalam
rangka memecahkan masalah, terlebih dahulu guru harus dapat menentukan :
a. Apa yang
diketahui masalah itu.b. Apa tujuan masalah itu
c. Operasi apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Ibu cepat-cepat mengantarkan adik ke rumah sakit,
karena luka adik agak parah, ibu terpaksa naik taksi. Jarak dari rumah ke rumah
sakit 6 km. Biaya taksi untuk kilometer pertama Rp.800,- sedangkan untuk setiap
kilometer tambahan Rp.400,- Berapakah ibu harus membayar taksi ?
Jawab :Diketahui : Jarak dari rumah ke rumah sakit 6 km. Biaya taksi kilometer pertama Rp.800,- Biaya untuk kilometer tambahan Rp.400,-
Ditanyakan : Ongkos taksi yang harus dibayar
Jawab :
Model matematikanya adalah :
Ongkos taksi = Rp. 800 + Rp.400 n
n = jarak semuanya – kilometer pertama
= 6 – 1
= 5
Jadi ongkos taksi yang harus di bayar :
= Rp.800 + (Rp.400 X 5)
= Rp.800 + Rp. 2.000
= Rp. 2.800,-
Dengan
kegiatan penyelidikan ini akan mengembangkan ide penelitian yang sangat penting
bagi pemahaman matematika maupun untuk pencarian atau penemuan cara-cara baru
untuik menerapkan matematika bagi pemecahan masalah.
Kegiatan
penyelidikan ini dapat terjadi dalam tahap kegiatan eksposisi oleh guru sebagai
respon terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru sendiri ataupun
yang diajukan oleh siswa.
Misalkan : Berapakah 2 ½ X 5 = ?
Jawab :
1. 2 ½ X 5 = 5/2 X 5 = 25/2 = 12 ½
2. 2 ½ X 5 = (2 X ½) X 5 = 2 X 5 + ½ X 5 = 10 + 2 ½ = 12 ½
3. 2 ½ X 5 = 2 ½ X (4 + 1) = 2 ½ X 4 + 2 ½ X 1 = 10 + 2 ½ = 12 ½
C. KESIMPULAN
Pembahruan
kurikulum yang telah dilaksanakan oleh pemerintah adalah merupakan langkah dan
upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan kita. Empat komponen dasar yang
tercantum dalam kurikulum, tujuan, materi, metode dan evaluasi adalah sebagai
acuan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sehari-hari di sekolah.
Guru sebagai faktor utama dalam kegiatan belajar mengajar harus memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang disyaratkan oleh pembaharuan kurikulum. Ada
beberapa penguasaan dan keterampilan menggunakan metode mengajar dalam
pengajaran matematika yang mutlak harus dimiliki oleh guru. Hal ini karena
metode mengajar adalah sebagai pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar agar tujuan pengajaran matematika tercapai dengan efektif dan efisien.
====dp====